Posted by : SolahJX
Rabu, 07 September 2016
Memoar Mahasiswa Kere Naik Haji
Judul : Haji Backpacker
Jenis Buku : Novel
Pengarang : Aguk Irawan
Tahun Terbit : Desember, 2009
Penerbit : Edelweiss
Halaman : 200 Halaman
Keinginan kuat Aguk untuk pergi haji tak dapat dibendung. Segala cara ia lalui agar dapat melaksanakan rukun islam yang ke lima itu. Semua itu ia lakukan karena dua alasan utama, yaitu mencari uang saat musim haji dan melaksanakan haji. Namun, Aguk hanyalah seorang mahasiswa Indonesia kere di Mesir yang untuk makan pun harus ia penuhi sendiri. Tak bisa lagi bagi Aguk menunggu datangnya kiriman dari orang tua karena ia tahu betul keadaan keluarganya di kampung tersebut.
Aguk, dengan modal pas-pasan, berangkat haji dengan keadaan yang seadanya. Tidak seperti calon haji lain yang secara materi sudah disiapkan dengan baik. Ketika sampai di tanah arab, Aguk tidak tinggal diam. Ia segera mencari pekerjaan, apapun itu, asalkan halal dan bisa membuatnya bertahan hidup beberapa hari kedepan. Aguk akhirnya mendapatkan sebuah pekerjaan baru, pekerjaan halal namun mungkin bagi sebagian orang pekerjaan ini tidak pantas, apalagi seorang mahasiswa universitas Al-Azhar yang melakukannya, yaitu sebagai tukang pijat. Aguk tak peduli pendapat orang, ia tetap berprofesi sebagai tukang pijat sambil melaksanakan ibadah haji.
Tidak sedikit mahasiswa yang melakukan haji sambil bekerja karena bagi mereka musim haji adalah musimnya uang mudah didapat. Setiap orang dari negaranya ketika berhaji pasti membawa uang lebih untuk dibelanjakan dan itu adalah kesempatan emas untuk mendapatkan uang. Bahkan sampai selesai berhaji pun kalau beruntung, sisa uang bisa dipakai untuk membiayai hidup selama satu tahun di Kairo.
Aguk tak berhenti berusaha untuk bertahan hidup. Ia berhari-hari sempat tinggal di emperan Hotel Hilton. Ia juga berkelana mencari pekerjaan setiap hari, mencari tumpangan, mencari orang yang mau mentraktir makan, demi bertahan hidup di musim haji itu.
Novel ini merupakan kisah nyata sang penulis, tak heran jika di dalamnya banyak hal yang sangat bisa kita rasakan mungkin nanti saat kita berhaji. Kebanyakan orang mungkin melihat haji sebagai ibadah yang formal, di mana di dalamnya tak banyak intrik seperti suka duka yang dialami oleh Aguk. Banyak terdapat istilah-istilah arab yang kita jumpai dalam lembar demi lembar halamannya. Oleh karena itu, Aguk menambahkan glosarium sebanyak duapuluh satu halaman di bagian belakang novel agar pembaca dapat lebih mengerti jalan cerita yang Aguk sajikan. Apalagi yang ditawarkan haji backpacker? Ceritanya begitu mengalir. Dari bagian awal sampai akhir cerita mengalir sehingga mudah diikuti. Aguk menuliskan novelnya seperti ia sedang mengobrol bersama temannya. Inilah kelebihan yang ditawarkan Aguk agar pembaca bisa melihat sisi lain haji sebagai suatu hal yang penuh dengan pengalaman di luar pengalaman rohani. Cerita tetap informatif dalam menyajikan info-info dunia haji, seperti sa’i, tawaf, atau melempat jumrah.
Tetapi tentu saja, tak ada gading yang tak retak. Mungkin penulis lupa-lupa ingat dalam menceritakan pengalamannya yang diambil 9 tahun yang lalu sejak diterbitkannya novel ini. Contohnya, ada satu bagian cerita yang diceritakan dua kali dalam bab yang berbeda. Kemungkinan yang terjadi adalah penulis terburu-buru menceritakan hal yang diingatnya. Namun, terlepas dari itu semua, tak ada sesuatu yang membuat kita ragu lagi untuk membaca lembar demi lembar novel ini.
Aguk, pria kelahiran Lamongan ini, juga sudah berkiprah di dunia tulis menulis sejak lama. Ia sudah menulis berbagai novel dan tulisan yang jumlahnya mencapai puluhan. Sama seperti novel ini, kebanyakan cerita yang ia sajikan di novel lainnya adalah cerita yang bernafaskan islam. Mungkin ini karena ia kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo jurusan filsafat yang terkenal Universitas Islam tertua di dunia.
Rasa-rasanya tidaklah berlebihan jika penulis mengangkat judul Haji Backpacker. Seperti backpacker lainnya, haji backpacker juga mengalami suka duka dalam perjalanan. Banyak pengalaman semasa haji yang membuat kita kasihan, tetapi juga lucu. Itu adalah hal yang membuat novel ini sayang untuk dilewatkan. Apalagi bagi yang belum menunaikan ibadah haji, novel ini dapat dijadikan gambaran bahwa ibadah haji tidaklah terlalu seram dan formal seperti apa yang dibayangkan.
SUMBER : http://nicovaliranzani.blogspot.co.id/2011/04/haji-backpacker-resensi.html